Cari Blog Ini

Menilik dan Menganalisa Apakah Benar AI Atau Kecerdasan Buatan Dapat Menggantikan Pekerjaan Manusia

Ada beberapa faktor dan alasan mengapa kecerdasan buatan tidak bisa menggantikan pekerjaan manusia

Kecerdasan buatan saat ini tengah menjadi perbincangan di mana-mana, bagi sebagian orang, mereka mempertanyakan, apakah kecerdasan buatan bisa menggantikan pekerjaan manusia di masa mendatang?

Jawabannya adalah "Mungkin tidak". Sehebat apa pun kecerdasan buatan (AI), mereka tetap tidak bisa mengganti pekerjaan manusia seutuhnya. Bahkan, beberapa pengamat ekonomi dunia sudah memprediksi akan pengaruh dari Artificial intelligence (kecerdasan buatan) yang menurutnya itu relatif. Kecerdasan buatan bisa menggantikan pekerjaan manusia, tapi tidak dalam radius yang besar.

Meskipun AI dirancang untuk menggantikan kerja manual dengan cara yang lebih efektif dan lebih cepat dalam melakukan pekerjaan, AI tidak dapat mengesampingkan kebutuhan (internal seperti emosi) manusia di ruang kerja.

Ada beberapa orang yang was-was dan takut akan kehadiran mereka yang marak di zaman sekarang, ada beberapa orang juga yang malah menunggu akan inovasi dan pembaruan AI atau robot. Mungkin dari banyaknya stereotip yang bermunculan, sangat wajar jika kita takut akan kehadiran mereka, namun kita juga tidak perlu untuk terlalu lama takut dan berdiam diri saja.

Mungkin ini beberapa faktor dan alasan mengapa kecerdasan buatan tidak bisa menggantikan pekerjaan manusia, di antaranya:

1. Kecerdasan buatan tidak memiliki emosi

Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor pembeda yang membuat manusia selalu relevan di dunia kerja. Emosi ini tidak di miliki oleh kecerdasan buatan, dalam sebuah pekerjaan yang berhadapan dengan klien, kecerdasan emosi sangat dibutuhkan.

Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan dasar manusia yang tak terbantahkan adalah kebutuhan akan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain. AI mungkin bisa meniru kecerdasan manusia , tetapi kecerdasan emosional tidak semudah meniru kecerdasan intelektual. Untuk bisa mengerti emosi, dibutuhkan empati, simpati, rasa penderitaan, pengalaman dan perasaan, sedangkan kecerdasan buatan tidak memiliki semua itu.

Bayangkan, pemilik bisnis yang cerdas dan eksekutif memahami pentingnya menarik emosi staf dan klien agar bisnisnya bisa makin berkembang. Pemilik bisnis pasti mencari seseorang yang cerdas, cerdas dalam berkomunikasi dan dalam emosi. Tujuannya, agar klien dan konsumen bisa tertarik dengan bisnis maupun produk yang ditawarkan, sedangkan mesin dan kecerdasan buatan tidak dapat mencapai tingkat koneksi manusia seperti itu.

Terlepas dari seberapa baik mesin AI diprogram untuk merespons manusia, kecil kemungkinan manusia akan mengembangkan hubungan emosional yang kuat dengan mesin ini. Oleh karena itu, AI tidak dapat menggantikan manusia.

Kita tidak tahu kehidupan masa depan seperti apa, apakah di masa depan kecerdasan buatan bisa merasakan dan punya emosi?

2. Kreatifitas terbatas

Kecerdasan buatan hanya dapat bekerja sesuai dengan data yang di-input.

Manusia adalah makhluk yang diberkati dengan kreatif yang tidak terbatas, membuatnya menjadi makhluk paling cerdas dan bisa membuat apa pun.

Saat melakukan brainstorming 'pengumpulan ide atau gagasan' konsep kreatif dan cara melakukan pekerjaan, kecerdasan buatan (AI) AI tidak memiliki kemampuan ini, karena kecerdasan buatan hanya dapat bekerja sesuai dengan data yang di-input.

Hal inilah yang membuat Artificial intelligence (kecerdasan buatan) masih kaku dan tidak fleksibel. Pekerjaan membutuhkan cara, gaya, penganalisaan masalah, dan pola yang sifatnya tidak dinamis.

3. Tidak adanya keterlibatan fisik

Meskipun beberapa kecerdasan buatan sudah ada perantara fisiknya (seperti robot), kecerdasan buatan masih kurang dalam hal ketelitian dan ketangkasan.

Meskipun beberapa kecerdasan buatan sudah ada perantara fisiknya (seperti robot), kecerdasan buatan masih kurang dalam hal ketelitian dan ketangkasan.

Ketangkasan fisik mengacu pada kemampuan untuk melakukan tugas-tugas manual yang membutuhkan keterampilan dan ketelitian. Meskipun kecerdasan buatan memiliki ketangkasan, belum tentu memiliki keterampilan. Manusia dilahirkan dengan sejuta skill yang bisa memiliki keterampilan beragam.

Pekerjaan seperti memasak,  memainkan alat musik, dan pembedahan, tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan, perlu keterampilan khusus karena pekerjaan ini bersifat dinamis dan AI cenderung melakukan pekerjaan yang sifatnya statis (sudah teroganisir).

Meskipun AI dapat melakukan beberapa tugas dengan tingkat presisi tinggi, seperti merakit komponen di pabrik, AI tidak memiliki kemampuan untuk melakukan tugas yang memerlukan sentuhan dan ketangkasan manusia. Ketangkasan fisik sangat penting dalam berbagai bidang seperti musik, seni, dan kedokteran.

4. AI tidak secerdas yang dibayangkan

Meskipun penggunaan AI sekarang sudah banyak dikagumi dan digandrungi oleh banyak orang karena kemampuannya, namun AI tidaklah sehebat itu.

AI (kecerdasan buatan) hanya melakukan perintah atas dasar data yang di-input. AI tidak mempunyai esensi kecerdasan manusia seperti kreativitas, kecerdasan emosional, pemahaman kontekstual, akal sehat, kemampuan beradaptasi, etika, intuisi, ketangkasan fisik, keterampilan interpersonal, kemampuan beradaptasi terhadap perubahan, imajinasi, dan keinginan bebas.

Ingat, AI dapat membantu manusia di berbagai bidang, tapi AI tidak dapat menggantikannya. Masa depan AI harus difokuskan untuk melengkapi dan meningkatkan kemampuan manusia daripada menggantikannya. AI juga berasal dari manusia, jika pekerjaan digantikan oleh AI, maka akan banyak fluktuasi 'ketidakseimbangan' dalam dunia.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama